Kearifan dan Kebijaksanaan Nabi Isa as

Written By teguh creativa on Senin, 28 Mei 2012 | 14.36

Ketika berusia tiga puluh tahun Nabi Isa baru diangkat menjadi Rasul oleh Allah. Meskipun masih mudah beliau sangat bijakasana dan arif. Sebagian di antara kaumnya ada yang merasa tidak puas dan selalu berusaha mencari kelemahan-kelemahan Nabi Isa.

"Umurmu masih muda. Bagaimana mungkin engkau akan menjadi pimpinan dan panutan kami?" Kata salah seorang di antaranya mereka yang tidak puas. "Aku sudah cukup tua bila di bandingkan dengan nabi Ibrahim ketika baru lahir," jawab Nabi Isa dengan tenang.

Dengan mendongkol orang itu diam , lainnya yang kurang puas mendengar jawaban itu berkata : "Di jaman kepemimpinan Nabi Zakaria, kehidupan di sini sangat tentram, tetapi di jaman kenabian sekarang, banyak sekali kerusuhan. Bukankah itu sudah menunjukkan sebatas mana kemampuanmu?"

"Memang betul, sebab di jaman Nabi Zakaria umatnya seperti aku. Sedangkan di mas sekarang umatku seperti kamu semuanya," jawab nabi Isa dengan tenang.

Jedua orang yang merasa tidak puas itu tidak bisa berbicara lagi. Mereka kehabisan kata-kata untuk membantah ucapan Nabi Isa as. Pada suatu kesempatan seorang muridnya bertanya kepada nabi Isa.
"Apakah yang berharga bagi manusia?"
"Akal," jawab nabi Isa "Sebab dengan akal manusia dapat mensejahterahkan kehidupannya."
"Kalau tidak ada?" tanya murid itu lagi.
"Sahabat yang mau memberikan nasehat,"
"Kalau tidak ada?" Tanya murud itu lagi
"Harta yang halal dan dapat di banggakan."
"Kalau tidak ada?"
"DIAM"
"Kalau tidak bisa diam?"
"Mati," Jawab nabi Isa, "Manusia jika tidak punya apa-apa tetapi tidak bisa diam, biasanya mulutnya hanya di pakai mengeluh dan dengki."

Demikian cara nabi Isa memberikan pengertian kepada murid-muridnya, juga terhadap para sahabatnya yang di sebut Khawari. Nabi Isa pada suatu hati bertanya kepada para sahabatnya.
"Andaikan kalian suatu ketika melihat salah seorang saudaramu terbuka auratnya ketika tidak sadar, misalnya pada waktu sedang tidur. Apakah yang akan kalian lakukan? Kau tutupi aurat saudaramu itu, atau akan kau buka sekalian biar telanjang bulat?"

"Sebagai orang waras, tentu saja akan kami tutupi agar auratnya tidak kelihatan lagi. Masak akan kami buka biar telanjang bulat?" Jawab para sahabat.

"Begitulah seharusnya sebagai orang yang beradab," Jawab nabi Isa. "Tetapi, mengapa apabila seudaramu terbuka aibnya, malah seringkali justru di beberkan kemana-mana, bahkan di tambah dengan membongkar aib-aibnya yang lain? Apakah hal itu tidak berarti sama dengan menelanjangi saudaramu sendiri di muka umum? Bila seseorang telah di bentangkan seluruh aibnya di muka umum, biasanya akan menjadi nekad di dalam maksiat serta akan malu untuk kembali kepada masyarakat yang sopan. Karena itu janganlah suka membongkar aib orang lain, apalagi membeberkannya hingga meluas kemana-mana. Orang yang memiliki aib seharusnya di beri peringatan secara bijaksana agar mau bertobat.
Blog, Updated at: 14.36

0 komentar:

Posting Komentar

Silahkan tinggalkan pesan di bawah ini, agar saya bisa berkunjung balik untuk silaturahmi dengan Anda !

Semoga apa yang saya sajikan di blog ini dapat bermanfaat bagi anda pengunjung setia.

Baca dan Tulis. Diberdayakan oleh Blogger.

Daftar Isi Blog

SAHABAT BLOGGER